Jakarta, – Siapa yang tak kenal dengan Fira Abdurachman, srikandi andal The Society of Indonesian Environmental Journalist (SIEJ). Sosok yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris Jenderall (SIEJ) berkesempatan berbagi pengalaman dalam diskusi bertajuk Witness to impact: The role of journalism in advancing human rights-based responses to the climate crisis in South-East Asia di forum Right Here, Right Now Global Climate Summit 2025 yang diselenggarakan United Nations Human Rights dan the University of Oxford berkolaborasi dengan International Universities Climate Alliance (IUCA). Forum ini digelar di kantor The Foreign Correspondent Club of Thailand, Bangkok Thailand pada Kamis 5 Juni 2025.
Diskusi berfokus pada peranan jurnalis lingkungan dalam mengangkat isu krisis iklim sebagai krisis Hak Asasi Manusia (HAM) yang memegang prinsip keberlanjutan untuk menjamin keberlangsungan hak hidup setiap manusia ditengah ancaman perubahan iklim.
Dalam diskusi tersebut Fira menyebut bahwa tantangan yang dihadapi seorang jurnalis adalah ancaman terhadap keselamatan jurnalis dalam melakukan kerja-kerja jurnalis serta kebebasan berekspresi.
Ia juga menyebut, perlunya strategi untuk menyampaikam pesan advokasi di ruang publik terutama di media sosial (sosmed).
” Era digital di mana bentuk media berubah menjadi tantangan. Sekarang eranya adalah bagaimana menyampaikan suatu berita menjadi penting hingga jurnalisme juga sudah harus berubah termasuk menyampaikan berita soal lingkungan,” ungkapnya.
Dalam diskusi tersebut perempuan yang fasih bahasa inggris itu menekankan pentingnya kolaborasi dari setiap sektor untuk mengangkat isu lingkungan termasuk gerakan sipil, pemerintah, akademisi dan industri.
” Jurnalis tidak bisa sendirian. Kami membutuhkan dukungan dan komitmen bersama untuk terus tidak menyerah dalam mengangkat isu-isu lingkungan,” tegasnya.
Dalam diskusi ini, selain Fira Abdurachman juga hadir Yao Hua Law, panelis sekaligus jurnalis lingkungan dari Malaysia, Imelda Abano dari Filipina, Paritta Wangkiat dari Vietnam dan Romchat Wachirarattanakornkul dari Human Rights, Climate Change and Environment Focal Point (Asia) sebagai moderator. (edi)