AIMAS, mediabetewnews.com – Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Wamen dikti Saintek)Republik Indonesia, Prof Fauzan melakukan lawatan ke Provinsi Papua Barat Daya, Senin (9/6/2025).
Wamendiktiristek RI ini sebenarnya punya agenda meresmikan pendirian Universitas Muhammadiyah Bintuni di Provinsi Papua Barat. Namun Prof Fauzan singgah sejenak di Provinsi Papua Barat Daya untuk menepati janji lama yang telah dibuat dengan Rektor Universitas Pendidikan Muhammadiyah (Unimuda) Sorong, Dr. Rustamadji.
Kesempatan inipun lantas dimanfaatkan oleh Pimpinan Perguruan Tinggi yang ada di Wilayah Provinsi Papua Barat Daya untuk bersilaturahmi dan berdiskusi.
Tepat sekitar pukul 14.30 Wit, Prof Fauzan dengan didampingi Dr. Rustamadji tiba di Gedung Pasca Sarjana Unimuda Sorong.
Saat bersilaturahmi dan berdiskusi, Dr. Rustamadji sebagai tuan rumah meminta ole – ole dari Wamendiktiriatek.
“Mudah – mudahan nanti pak Wamendiktiriatek berkenan memberikan ole – ole. Silahkan saja pimpinan Perguruan tinggi bisa bertanya atau memberikan masukkan, kata Dr Rustamadji.
Saat memberi sambutan dan berdiskusi Prof Dr Fauzan lebih banyak memberi motivasi dengan mengunakan analogi cerita sederhana dan sarat makna.
Poiin menarik yang disampaikan Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dua periode tersebut yakni kemerdekaan yang dimiliki oleh pimpinan perguruan tinggi swasta.
Dimana orientasi Perguruan tinggi masih statistik.
“Tahun 2017, saya pernah menjadi pengurus forum rektor Indonesia. Pak Jokowi datang ke Makassar sudah menyampaikan Perguruan tinggi di Indonesia terjebak rutinitas dari dulu sampai sekarang. Kenapa tidak ada program studi kopi, kenapa tidak ada program studi logistik, ” kata Prof Fauzan.
Dunia industri saat ini, lanjut Prof Fauzan, sedang menuntut spesifikasi.
“Dulu orang sakit kepala obatnya Balsem, sakit perut balsem, masuk angin balesem, dan gatal balsem. Itu tahun – tahun dulu, sekarang anda ke dokter, berobat. Ditanya sakit apa, sakit kepala, bagian mana yang sakit, bagian kanan, cenut – cenut, ” kata Prof Fauzan.
Perguruan tinggi sebagai pusat manusia unggul, kata Prof Fauzan, dibolehkan juga membuka program training.
“Memang mengelola pendidikan tinggi tidak bisa kita hanya duduk manis. Kita harus datang atau paling tidak kita silaturahmi. Kita harus banyak berkomunikasi dengan Pemerintah, dan Industri, ” Ajak Prof Fauzan.
Prof Fauzan katakan kelas training ini merupakan cara sederhana untuk mengatasi pengangguran yang ada di daerah.
“Lantas mengapa Perguruan tinggi? Karena Perguruan tinggi memiliki infrastruktur ada dan dari sisi sumber daya manusia ada, * kata Prof Fauzan kepada wartawan usai silaturahmi dan diskusi.
Kalau persoalan izin, lanjut dia, cukup di kabupaten. Sebab kelas training atau profesional yang dibuka merupakan bagian dari Lembaga Latihan Kerja.
“Nah ini memang tidak banyak dilakukan oleh Perguruan tinggi. Perguruan tinggi lebih banyak nerorintasi pada bergelar. Jadi sebenarnya, Perguruan tinggi memiliki tanggung jawab akademik dan tanggung jawab sosial, salah satunya adalah bagaimana meminimalisasi terjadinya pengangguran, ” kata Prof Fauzan mengakhiri sesi wawancaranya.