Beranda Lintas Papua Masyarakat Adat Manyaifun Lebih Memilih Tambang Ketimbang Pariwisata

Masyarakat Adat Manyaifun Lebih Memilih Tambang Ketimbang Pariwisata

96
0
BERBAGI

SORONG, mediabetewnews,com – Kepulauan Raja Ampat dikenal dunia sebagai surga kecil yang jatuh ke bumi dikarenakan perairan Kepulauan Raja Ampat menjadi habitat lebih dari 1.600 spesies ikan karang dan lebih dari 550 spesies terumbu karang atau sekitar 75 persen dari seluruh spesies terumbu karang dunia. Ini menjadikan Raja Ampat sebagai pusat biodiversitas laut global.

Selain itu, Raja Ampat juga mencatat keberadaan lebih dari 700 spesies moluska, termasuk tujuh spesies kerang raksasa, serta lima spesies penyu laut yang langka dan terancam punah.

Beragam spesies hiu seperti hiu karpet (wobbegong) dan hiu epaulette yang unik juga menjadikan perairan Raja Ampat sebagai laboratorium alami bagi para peneliti kelautan. Keindahan lanskap Raja Ampat tak kalah menakjubkan. Raja Ampat memiliki lebih dari 1.500 pulau kecil, karang atol, dan beting.

Oleh karena itu, keajaiban alam Raja Ampat bukan hanya milik Indonesia, tetapi juga menjadi kekayaan dunia yang perlu dijaga dan dilestarikan bersama.

Namun fakta mengejutkan  ditemui Tim Gabungan Komisi dari DPRP Papua Barat Daya saat melakukan kunjungan kerja dalam. rangka melihat  potensi daerah, yang mana 50 pemuda dan pemudi Kampung Manyaifun mulai mengantungkan ekonomi keluarga mereka dengan mengais rejeki sebagai pekerja tambang di PT Mulia Raymond Perkasa yang Izin Usaha Pertambangan (IUP) Nikel telah dicabut oleh Pemerintah Pusat.

Padahal Raja Ampat masih punya banyak pulau cantik. Salah satunya adalah pulau Manyaifun. Pulau Manyaifun berada berdekatan dengan pulau Batang Pele yang melindunginya, sehingga perairan di pulau Manyaifun tenang dan tidak berombak.

Pulau Manyaifun menjadi tempat singgah bagi wisatawan yang ingin menuju ke Pulau Wayag, dikarenakan jaraknya yang dekat, sehingga dapat dikata penduduk Manyaifun adalah penjaga surga kecil yang jatuh ke bumi. Namun temuan tim Gabungan Komisi DPRP Papua Barat Daya dalam meninjau potensi PAD di Raja Ampat sangat mengejutkan.

Begitu tiba di Dermaga Kampung Manyaifun, rombongan Anggota DPRP Papua Barat Daya langsung tertarik melihat papan bertuliskan “Kami pemuda/pemudi dan masyarakat adat Kampung Manyaifun menolak aktivitas pariwisata di wilayah adat Kampung Manyaifun sampai piring makan kami yang dipercahkan/Lapangan kerja kami di kembalikan”.

Alex Mambraku dan Urgenes Mambrasar merupakan dua dari 50 lebih pemuda asal Kampung Manyaifun yang beralih dari nelayan menjadi pekerja di PT Mulia Raymond Perkasa.

“Ketika perusahaan tambang dihentikan kami tidak tahu, kami harus bekerja apa lagi. Kami sekarang jadi pengangguran, ” ujar Alex dan Urgenes.

Sebagai pekerja yang diupah sehari Rp 150.000, Alex dan Urgenes berharap perusahaan PT Mulia Raymond Perkasa bisa kembali diberi izin beroperasi.

“Sebelum ada perusahaan tambang, kami sehari – hari bekerja sebagai nelayan dan jual kopra. Dalam sehari paling bersih kami 100.000 rupiah saja, ” ucap Alex Mambraku.

Mama Natalia Mayor menyebutkan sebagian besar masyarakat di Pulau Manyaifun adalah nelayan.

“Kami ingin anak kami bisa sekolah dan sukses. Kalau cuma ke laut cari ikan, terus pulang bawa ikan sekilo atau tiga kilo, kami mau dapat apa. Sementara harga BBM terus naik,” ujar Mama Natalia Mayor.

Kalau bicara membuka home stay, lanjut mama Natalia, bisa saja seluruh warga buat, namun kalau tidak ada pengunjung atau tamu wisatawan buat apa.

“Untuk itu kami minta kepada bapak dan ibu dewan bisa hadirkan lapangan kerja. Hadirkan kembali PT Mulia Raymond Perkasa. Jadi kita tidak mau lagi bekerja di laut, kami mau bekerja di darat, ” ujar Mama Natalia.

Mama Dimara mengaku sebagai pengrajin tikar senat sering menjual hasil kerajinan di Pulau Gag.

“Saya berharap ada perusahaan disini, sehingga saya bisa jual  senat, ” tutur Mama Dimara.

Dari sebagian besar pemuda warga Kampung Manyaifun, ada 9 warga yang tetap berkomitmen menjadi penjaga bumi sepenggal surga yang jatuh ke dunia dengan membuka home stay.

“Saya sebagai salah satu dari 9 pengelola home stay yang ada di Kampung Manyaifun tentu menolak kehadiran perusahaan tambang nikel di Batan Pele dan Manyaifun,” kata Akila Mambrasar.

Sebagai pengusaha lokal home stay, Akila Mambrasar, mengaku sangat mencintai anugrah yang Tuhan beri sehingga membuat Kabupaten Raja Ampat menjadi destinasi wisata dunia.

“Kami tidak mendukung perusahaan tambang yang akan masuk, karena Raja Ampat merupakan surga kecil. Sebab kalau ada perusahaan yang masuk tentu akan merusak alam,” ujar Akila Mambrasar.

Sebagai orang tua, Akila Mambarasar mengingatkan bahwa sejak dulu dari kecil sampai sekarang yang memberi makan buat kita adalah hasil laut.

“Sejak dari moyang kita sampai orang tua kita, yang kasih makan kita dari hasil laut dan hasil hutan. Tapi kalau kita mengingkari hal itu berarti kita berdosa. Saya tidak mau mengingkari apa yang sudah kasih makan saya dari kecil sampai besar dan tua ini, ” tuturnya.

Ketua Tim Gabungan Komisi, Jamaliah Tafalas bersama dengan Wakil Ketua Anneke Lieke Makatuuk, dan Anggota DPRP Papua Barat Daya, Hendry G. Wairara, Syharullah Salaten, Arifin, Denny Mamusung, dan Yusuf Marak lebih pada menitipkan pesan agar warga saling menjaga keamanan di dalam Kampung.

Ombak, dan angin yang sedang berkecamuk , lanjut bapak dan ibu Dewan tidak menjadi halangan untuk bisa bertemu dengan masyarakat.

“Pro dan kontra, mendukung atau tidak mendukung pasti ada. Namun jangan sampai kalian berkelahi, ” ujar Jamaliah Tafalas dan Wakil Ketua bersama Anggota Dewan.

Sebagai Wakil Rakyat, tentu aspirasi yang masyarakat Kampung sampaikan akan dibawa untuk disampaikan dalam rapat Dewan yang selanjutnya akan dibicarakan dengan Gubernur Papua Barat Daya dan Bupati Raja Ampat.

“Kami bisa saja mengeluarkan rekomendasi kepada pemerintah dan menindaklajuti  dengan membentuk Pansus,” ucap Ketua Tim Gabungan Komisi di DPRP Papua Barat Daya.

Untuk diketahui gabungan Komisi di DPRP Papua Barat Daya melakukan Kunjungan Kerja (Kunker) untuk meninjau potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Raja Ampat yang dipimpin Ketua Komisi II DPRP Papua Barat Daya, Jamaliah Tafalas, tampak Wakil Ketua DPRP Papua Barat Daya, Anneke Lieke Makatuuk, Hendry G. Wairara, Syharullah Salaten, Arifin, Denny Mamusung, Yusuf Marak, dan Ahmad Fardhal Umlati serta Sekwan Yohannis Naa.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here